Review Novel "Hujan" karya Tere Liye



Judul Buku : Hujan
Penulis        : Tere Liye
Penerbit      : Gramedia Pustaka Utama
Terbit           : Januari 2016
Harga           : Rp68,000
Tebal            : 320 halaman
Ukuran        : 13.5 x 20 cm

*    Sinopsis Novel
Jangan pernah jatuh cinta saat hujan, karena jika kau patah hati, kau akan menganggap bahwa hari-harimu bersama hujan adalah hal sendu yang tak ingin kau ingat. Lail kehilangan ibunya saat ia berusia 13 tahun, di pagi hari sebelum ia berangkat sekolah. Saat itu terjadi kekacauan di dunia karena bencana  maha dahsyat yang mematikan hampir 90 persen jumlah penduduk bumi. Bencana ledakan gunung purba yang membuat gempa bumi dahsyat dan mengacaukan sistem transportasi bawah tanah yang terjadi tanggal 21 Mei 2042.
Bersamaan dengan bencana besar itu, Lail bertemu dengan penyelamatnya, Soka Bahtera atau dipanggil dengan Esok. Esok juga kehilangan orang yang dicintainya, empat saudaranya meninggal dalam kecelakaan di stasiun kereta bawah tanah dan membuat ibunya harus diamputasi. Ibu Esok pun tak bisa lagi menjalani kehidupan seperti biasanya, ia bergantung pada kursi roda. Meski begitu, Esok mampu membuat ibunya tetap bisa berdikari dengan membuatkan toko kue saat ia dewasa.
Esok dan Lail berkawan baik saat mereka sama-sama menjadi warga di pengungsian. Hingga kemudian Esok mendapat orang tua asuh yang mampu menyekolahkannya hingga pendidikan paling tinggi. Esok dan Lail pun berpisah. Sesekali Esok masih bertemu dengan Lail di stadion dekat taman saat mengunjungi ibunya dan bersepeda bersama. Namun, kesibukannya kini membuat Esok menjadi orang yang sangat sulit ditemui hingga Lail hanya bertemu dengannya sesekali.
Kedua remaja yang bertumbuh seiring waktu itu akhirnya saling jatuh cinta. Namun, Lail bahkan menyimpan perasaan itu dalam-dalam, tak ingin menunjukkannya sama sekali meski Esok sangat dicintainya. Bagi Lail, cukuplah menyimpan perasaan itu untuk dirinya sendiri. Namun, Maryam, sahabat Lail di asrama mengetahui kenyataan itu. Ia sering meledek Lail bahwa gadis itu sedang jatuh cinta. Namun, Lail tak ingin menanggapi candaan itu.
Lail dan Esok menyibukkan diri mereka dengan kegiatan positif sehingga tidak ada kata pacaran dalam kamus mereka. Lail sibuk menjadi relawan hingga mendapat penghargaan saat menolong korban banjir, dan Esok menjadi peneliti inti sebuah proyek pemerintah yang akan diluncurkan dalam waktu dekat.
Sebuah kejadian mengacaukan hidup Lail, saat ia tahu bahwa Esok sedang dekat dengan Claudia, anak pak Wali. Juga berhubungan dengan misi dunia baru yang sedang dibangun oleh pemerintah untuk memindahkan manusia ke planet baru yang lebih kondusif dibanding bumi.
Lail ingin agar ingatannya tentang Esok hilang. Ingatan yang berhubungan dengan hujan. Teknologi masa kini yang dibuat oleh Elijah memungkinkan untuk merekonstruksi ingatan sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan oleh si pemilik ingatan

*    Review Novel
Buku karangan Tere Liye ini emang cocok buat kamu yang lagi galau karena mengingat kenangan yang ada di masa lampau. Inget persahabatan, cinta, hujan, melupakan dan perpisahan. Sama seperti di blurbnya.
Blurb:
Tentang Persahabatan
Tentang Cinta
Tentang Melupakan
Tentang Perpisahan
Tentang Hujan

Mengambil genre science-fiction yang dibumbui oleh kisah roman percintaan remaja. Novel ini memang membahas kelima unsur itu dengan tokoh utamanya adalah anak remaja yaitu Lail dan Esok.
Esok peneliti muda yang disibukkan dengan kehidupannya sendiri. Selalu menjalani hari-hari dengan optimis. Kalau Lail ini karakternya rapuh sekali. Ia melankolis sejati yang hanya dengan mendengar suara dan menghirup aroma hujan, maka kenangan tentang hujan akan menguar di sekitarnya. Itu sebabnya Lail nggak mau ingat Esok lagi karena baginya hujan hanya menciptakan ingatan yang memilukan. Saat hujan pula orang yang dicintainya meninggal di hadapannya tanpa bisa ia menolongnya. Saat hujan pula ia tahu bahwa ia mulai jatuh cinta dengan Esok. Sosok yang lebih sering mengisi hari-harinya di pengungsian.
Ada 1 tokoh lagi yang wajib diceritain di resensi ini. Siapa itu? Maryam. Gadis berambut kribo ini bikin saya ketawa deh dengan tingkahnya yang konyol dan jail. Cewek ini pula yang ngeledekin Lail tentang perasaannya pada Esok.
Novel ini bukan hanya bercerita tentang romansa percintaan, namun di novel ini Tere Liye mencoba berimajinasi lebih liar, tentang masa depan, tentang teknologi, robot, iklim, dan bencana alam di masa mendatang.
Ada satu kutipan yang menarik bagi saya dan masih terngiang di pikiran saya saat membaca epilog buku ini pada halaman terkahir yakni:
"Bukan melupakan yang jadi masalah nya, tapi menerima
Barang siapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan
Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melipakan"
- Elijah, Dokter saraf di buku Hujan


*    Kelebihan dan Kekurangan
Novel ini mempunyai kelebihan seperti materi bahasa didalam novel ini cukup ringan dan mudah dipahami. Meski halamannya cukup tebal Namun dalam novel ini segala sesuatunya terasa pas. Alurnya tidak membosankan dan sudah sesuai dengan jalan cerita, tidak terasa di panjang-panjangkan atau dilambat-lambatkan. Bahkan di beberapa bagian ada yang dipercepat ceritanya. Jalan ceritanya senfiri tidak bisa ditebak sama sekali.
Banyak kejutan-kejutan yang terjadi dalam novel ini dan tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Misalnya adanya musim dingin berkepanjangan akibat efek gunung meletus. Kemudian karena campur tangan manusia, musim dingin ini berubah menjadi musim panas yang akhirnya menjadi malapetaka. Musim panas terjadi tanpa tahu kapan berakhirnya. Hujan juga tidak lagi turun ke bumi. Hal-hal seperti ini membuat imajinasi pembaca melambung tinggi.
Belum lagi dengan kecanggihan teknologi yang bisa membuat anting-anting sebagai pemandu online, sistem transportasi tanpa supir, alat komunikasi yang tertanam di tangan dan sebagainya. Semuanya terasa nyata dan pasti bisa terjadi di masa depan. Alur cerita yang menarik membuat pembaca penasaran dan ingin membacanya sampai akhir.
Untuk kekurangannya sendiri menurut saya, tokoh Lail dalam novel ini karakternya kurang kuat. Dia hanya seorang gadis lemah, cengeng dan tidak mempunyai inisiatif apa-apa. Keberhasilannya dalam berbagai hal di dalam cerita karena ajakan dari temannya Maryam. Tanpa Maryam, Lail tak akan bisa meraih apapun. Seharusnya sebagai tokoh utama, Tere Liye menempatkan Lail sebagai inisiator bukan tokoh yang mengikuti apapun kemauan temannya walaupun itu hasilnya baik juga.
Beberapa bagian dalam novel ini menyatakan kalimat “secanggih-canggihnya teknologi, tidak ada yang dapat menandingi kekuasaan Tuhan”. Hal itu dipahami oleh semua orang di dalam cerita. Namun demikian entah kenapa Tere Liye tidak menempatkan para tokoh di dalamnya untuk berdoa dan beribadah. Tidak ada satupun bahasan agama didalam novel ini, semuanya hanya membicarakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mulai dari awal hingga akhir halaman, saya bertanya-tanya kira-kira agama para tokoh ini apa saja?, hingga terasa janggal sekali bagi saya.
            Terlepas dari itu semua kekurangannya saya sangat menikmati membaca novel ini dan tidak terasa membosankan sama sekali. Banyak hal dan pelajaran yang bisa saya dapat dalam novel ini sehingga masih teringat dengan jelas adegan-adegan dalam novel ini. Novel ini recommended banget dibaca buat ngisi waktu luang dan dijamin bakal bermanfaat.

Komentar